Sabtu, 29 Maret 2014

kembalikan indonesia ke indonesia

 ARTIKEL
TEMA :KEMBALIKAN INDONESIA KE INDONESIA

   
Saat ini,dizaman yang modern ini arus perkembangan zaman sudah tidak terkendali lagi dan tidak terkontrol.Ya di Indonesia pperubahan budaya modern dan cenderung ke barat baratan sudah tidak bisa dipungkiri lagi semakin merebak di negara ini.Gaya hidup yang modern daan bahkan melewati batas moral,dan adat istiadat negara ini sudah mulai merasuki kaum kaum muda yang seharusnya menjadi penerus di masa yang akan datang.
Kejadian ini seharusnya bias dicegah dan bias dihindari namun seiring perkembangan zaman hal ini sudah merupakan hal yang sudah biasa kita lihat sehari hari disekitar kita,mungkin kita akan berpikir akan bagaimana jadinya masa depan negri ini jika budaya dan istiadatnya telah dilupakan dan ditinggalkan.
Bagaimana dengan perjuaangan para pahlawan nasional di zaman dulu yang berjuang mempetahankan kebudayaan dan kemerdekaan Indonesia?sudah sepauttnya kita menjaga dan tentu melestarikan apa yang mereka dulu perjuangkan.sudah sepatutnya juga kita mulai kebiasaan gaya hidup kebarat baratan yang cenderung negative.karena Indonesia harus kembali ke Indonesia!

     

bunga lambang provinsi

Bunga Rafflesia Arnoldi atau dikenal dengan sebutan bunga bangkai memang begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Salah satu jenis tanaman langka ini memang hanya tumbuh di kawasan Sumatera bagian selatan terutama di Provinsi Bengkulu. Sebagai tanaman endemik, bunga ini juga menjadi lambang resmi Provinsi Bengkulu.
Bunga bangkai memang memiliki keunikan dan cerita tersendiri. Bukan hanya sekedar nama, sebutan bangkai juga merujuk pada bau yang kerap ditimbulkan oleh bunga ini saat mekar sempurna. Namun bau menyengat ini tetap dihiasi keindahan dan keunikan bunga yang habitatnya dilindungi oleh Pemerinta Provinsi Bengkulu.
Nama Rafflesia Arnoldi ternyata merujuk kepada sang penemu bunga yakni Thomas Stamford Raffles, seorang letnan Inggris yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Bengkulu dan Dr. Arnoldy, seorang ahli botani. Bunga ini ditemukan di beberapa kawasan hutan Bengkulu pada tahun 1818.
Bunga Rafflesia Arnoldi memang memiliki keunikan tersendiri. Bunga ini tidak memiliki akar, daun, serta tangkai. Hal ini dikarenakan bunga ini merupakan tanaman parasit yang merambat. Bila mekar sempurna, bunga ini layaknya bunga raksasa. Berat Bunga Rafflesia yang mekar sempurna dapat mencapai 11 kilogram dengan diameter hingga 1 meter.
Untuk menjadi mekar sempurna, bunga ini perlu waktu sembilan bulan. Masa mekar sempurna juga cenderung singkat yakni hanya sekitar satu minggu lamanya. Saat mekar bunga ini memiliki lima kelopak yang melindungi bagian dalam. Pada dasar bagian ini, terdapat benang sari atau putik tergantung jenis kelamin bunga. Selama mekar, bunga ini akan mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga memicu serangga untuk mendekat. Pada dasarnya hal ini merupakan proses natural untuk membantu proses pembuahan bunga.
Di Provinsi Bengkulu, bunga ini dapat ditemui di beberapa kawasan seperti kawasan Hutan Lindung Register 5 Bukit Daun, Taba Penanjung, Bengkulu Utara. Karena bunga ini terbilang langka dan pertumbuhannya pun lambat, maka pada masa mekar sempurna bunga ini kerap menjadi tontonan warga maupun turis yang berkunjung ke Bengkulu.
Selain sebagai simbol, bunga Rafflesia memang menjadi daya tarik tersendiri bagi Provinsi Bengkulu. Tidak dapat dipungkiri banyak turis baik lokal maupun mancanegara berkunjung ke provinsi ini demi melihat keunikan bunga terutama saat mekar sempurna. Salah satu kekayaan wisata Indonesia ini juga patut dijaga kelestariannya mengingat jumlah yang tidak banyak dan terbilang langka.

pahlawan nasional (bung tomo)

Sutomo atau Bung Tomo lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920, Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.
Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer. Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.

Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi. Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia. Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.

Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya. Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
 Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007. Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta


bung tomo, pahlawan, biografi

tokoh wayang favorit(antasena)



Raden Antasena adalah putra Arya Wekudara yang ketiga dengan Dewi Urangayu, putri Sanghyang Baruna, dewi ikan yang berkedudukan di Kisiknarmada. Pertemuan Bima dengan Dewi Urangayu terjadi ketika Resi Druna menguji siswanya di perguruan Sokalima. Saat itu Werkudara diadu dengan duryudana, karena kalah dalam menggunakan gada, Duryudana sakit hati. Ia menyuruh Dursasana agar melenyapkan Werkudara.

Dursasana pura-pura mengadakan pesta memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara memeriahkan pendadaran siswa Sokalima tadi. Dalam pesta itu Werkudara diajak minum tuak. Karena terlalu banyak minum, Aryaa Sena mabuk dan jatuh pingsan. Dalam keadaan pingsan itulah tubuh Sena diikat lalu diceburkan ke dalam sungai Jamuna. Tubuh Bima hanyut hingga ke Kisik narmada (pertemuan sungai Jamuna dan sungai Gangga). ia ditolong oleh Batara Baruna dan disembuhkan dengan air Rasakunda. Akhirnya Arya Bima dijodohkan dengan putrinya Dewi Urangayu adik Urang Rayung yang menjadi istri Anoman dan berputera Trigangga. Perkawinan Bima dengan Dewi Urangayu inilah akhirnya Arya Sena berputera Raden Antasena, berkedudukan di Kisik Narmada ikut kakeknya.
Bersamaan lahirnya Antasena, kahyangan Suralaya sedang digempur angkatan dari Girikadasar di bawah kekuasaan raja Kalalodra. namun raja raksasa berwajah ikan itu dapat dibinasakan oleh Antasena yang saat itu masih bocah. Dengan keberhasilan menumpas musuh dewa tersebut, Resi Mintuna (kakek Antasena) diangkat menjadi dewa menguasai ikan dengan gelar Batara Baruna.
Ketika Resi Bisma menyelenggarakan perlombaan membuat sungai menuju bengawan Gangga, Kurawa dan Pandawa saling berlomba. Werkudara dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin oleh Antasena berhasil membuat sungai yang kemudian oleh Bisma diberi nama Sungai Serayu. Kurawa hanya mampu membuat sungai yang tembus ke kali Serayu, maka sungai itu dinamakan Kelawing atau terbalik. Nama Kelawing dalam pedalangan disebut Kali Cingcinggoling.
Ketika usai perlombaan, Kurawa yang sakit hati kembali berusaha ingin membinasakn Pandawa. Ia bersekutu dengan raja Girisamodra Prabu Gangga Trimuka. Atas bujuk Sengkuni, Gangga Trimuka akan menguasai Tribuwana jika dapat membunuh padanwa sebagai tumbalnya. Prabu Gangga Trimuka kemudian menangkap Pandawa dan dipenjara ke dalam gedung kaca bernama Kongedah, sehingga Pandawa mati lemas di dalam penjara gedung kaca tadi.
Mengetahui Pnadawa dipenjara, Antasena melabrak raja Girisamodra. Prabu Gangga Trimuka dibinasakan dengan belai upas (sungut upas Jw.) dan Pandawa dikeluarkan dari Kongedah. Melihat kondisi Pandawa mati lemas, Antasena segera menghidupkan kembali dengan air kehidupan Madusena. Atas kemufakatan Pandawa, negara Girisamodra kemudian diserahkan kepada Antasena.
Tidak berbeda dengan Antareja, kakaknya. Antasena juga memiliki sisik pada kulitnya yang berfungsi untuk menangkal senjata tajam. Keduanya juga dapat membenamkan diri ke dalam tanah dan tak akan mati jika tubuhnya masih menyinggung air ataupun tanah. Dalam pedalangan, Antasena kawin dengan Dewi Manuwati, putri Arjuna dan Dewi manuhara.

Akhir riwayat Antasena diceritakan sebagai berikut: Pada waktu perang bharatayudha hampir terjadi, Antasena menghadap Sanghyang Wenang di kahyangan Alang-alang Kumitir. ia menanyakan tentang dirinya, bagaimana sikapnya menghadapi perang bharatayudha. Sanghyang Wenang menjelaskan bahwa Antasena tidak terdaftar di dalam kitab Jitapsara, bahakan oleh Sanghyang Wenang, ia dilarang terjun ke medan tempur. Apabila Antasena terjun, Pandawa justru akan mengalami kekalahan. Antasena dianjurkan menjadi tawur keluarga demi kejayaan Pandawa, akhirnya putra Bima itupun menurut. Sanghyang Wenang lalu memandang tubuh Antasena, yang semakin lama semakin kecil lalu hilang muksa ke alam nirwana. Bentuk/Wandanya : Bujang.
xxx
(versi wikipedia)
Antasena adalah putra Bima dan Dewi Urang Ayu. Tokoh ini paling sakti di antara tiga putra Bima. Jika Gatotkaca mampu terbang di udara dan Antareja mampu ambles bumi (hidup di bawah tanah), Antasena mampu terbang di udara, ambles bumi, dan menyelam. Sama seperti ayahnya, Antasena tidak bisa berbahasa santun (ngoko). Kendati demikian, Antasena berhati baik dan paling bijak di antara putra-putra Pandawa. Ia memiliki tubuh bersisik bagaikan udang dan tidak mempan ditusuk senjata.
Antasena beristrikan Dewi Jenakawati, putri Arjuna. Ia tidak ikut berperang di Bharatayudha. Bersama Wisanggeni, mereka menjadi tumbal agar Pandawa menang melawan Korawa. Syahdan, hal ini merupakan taktik yang diambil Kresna karena Antasena tidak terkalahkan. Hal ini akan membuat pertempuran tidak berimbang. Ada juga versi yang menyebutkan, Kresna takut karena dalam rencana dewa, Antasena akan bertanding dengan kakaknya, Baladewa.
Anantasena berwatak jujur, terus terang, bersahaja, berani kerena membela kebenaran, tidak pernah berdusta. Setelah dewasa, Anantasena menjadi raja di negara Dasarsamodra, bekas negaranya Prabu Ganggatrimuka yang mati terbunuh dalam peperangan.
Anatasena meninggal sebelum perang Bharatayudha. Ia mati moksa (lenyap dengan seluruh raganya) atas kehendak/kekuasaan Sang Hyang Wenang